Sudah menjadi kebiasaan setiap tahunannya di hari pertama masuk sekolah setelah lebaran idul fitri, di SMPN 5 diadakan acara halal bil halal dalam dua sesi. Sesi Pertama Halal bi halal antara guru-guru dan murid yang dilakukan di lapangan upacara, dan sesi kedua halal bi halal guru dengan guru dan mantan guru juga para sesepuh SMPN 5. Pada halal bi halal sesi pertama semua guru agama tampil sebagai pengisi acara dalam format syarhil qur'an dengan pembaca Al Quran Ustadz Havidz dan Ustadz Mahmudin dan Sari tilawah Ustadzh Fitriyani Ibrahim namun sayang Ustadzh Fitri berhalangan hdir dan sebagai gantinya saritilawah dibacakan oleh ibu siti nurjanah, dan sebagai pensyarhil quran adalah admin blog ini yaitu Farhan Syaddad. Ayat yang dibacakan pada kesempatan ini adalah Q.S. Ali Imran ayat 133 s.d. 135 berikut ini :
وَسَارِعُوا
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣)
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا
فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ فَاسْتَغْفَرُوا
لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا
فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ(١٣۵)
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertaqwa, (QS. 3:133)
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di
waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
(QS. 3:134)
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari
pada Allah - Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengatahui. (QS. 3:135)
Pelajaran yang dapat diambil dari ayat2 Allah di atas diantaranya adalah :
PERTAMA :Senantiasa menyegarkan diri untuk dapat
ampunan Allah sehingga kita
mendapatkan surganya Allah.
Dalam sebuah hadits
dikatakan bahwa :
“Sesungguhnya di antara perbuatan dosa ada
dosa yang tidak bisa terhapus oleh shaum dan Shalat. Ditanyakan pada beliau :
‘Apakah yang dapat menghapuskannya, Ya Rasulullah ?” Jawab Rasul saw: “Bekerja
(kesusahan) dalam mencari nafkah penghidupan”(HR. Abu Nu’aim)
Maka agar surga
bisa kita raih, melalui momentum bulan
syawal mari Tingkatkan Kinerja kita Sehingga lelahnya kerja yang kita rasakan
dapat menghapus dosa yang kita lakukan.
Untuk meningkatkan kualitas kinerja kita setidaknya
ada 4 KARTU AS Yang bisa dilakukan, bahkan emapat AS ini bisa mengantar kita
pada kesuksesan dunia akhirat yaitu :
a)
Kerja kerAS, tanamkanlah nilai-nilai Kebaikan Berikan materi ajar kepada anak didik tanpa kenal lelah
dan jangan dibatasi dengan ruangan belajar. Dimanapun, dan kapanpun saat anak
didik memerlukan penjelasan dari kita, atau apapun yang kita bisa berikan buat mereka
lakukanlah. Layani mereka dengan sebaik-baiknya sehingga mereka puas dengan
pelayanan kita sbagai Guru/Murid
b)
Kerja cerdAS, seorang Guru harus mampu
mensiasati keterbatasan jam mengajar yang hanya beberapa
jam saja. Ciptakan suasana belajar yang
kondusif, jadikan setiap kegiatan sebagai sarana pembelajaran. Saat anak belajar harus benar2 dirasakan sedang belajar
bahkan saat istirahat, bermain atau saat menjalankan sebuah sanksi di sana ada
pembelajaran.
c)
Kerja IkhlAS, dedikasikan pekerjaan itu sebagai
ibadah. Apa yang kita lakukan untuk anak didik kita jangan selalu dikaitkan
dengan imbalan dari sesama manusia. Jangan sampai terjadi “CUEUT KANU HIDEUNG
PONTENG KANU KONENG”. Pelayanan prima hanya diberikan kepada anak didik
tertentu sementara kepada anak didik yang lainya tidak memberikan pelayanan
yang baik.
d)
Kerja TuntAS, jangan bekerja setengah-setengah.
Bekerjalah seoftimal mungkin untuk kepentingan pendidikan, bukan hanya mampu
menyelesaikan kegiatan pembelajaran di dalam kelas dengan baik. Tapi semua kegiatan baik yang terkait langsung dengan
pembelajaran ataupun tidak bisa diselesaikan dengan baik.
KEDUA : Surga disiapkan Allah untuk
dihuni oleh orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang yang menginfaqkan hartanya baik dikala
lapang maupun sempit, orang yang memaafkan kesalahan
orang lain.
Saat kita
berinfaq sebaiknya tidak harus
menunggu saat lapang dan berkecukupan, berinfaqlah walaupun kita berada dalam
keadaan sempit. Berinfaqlah dengan apapun yang bisa kita infaqkan, jika kita
memiliki harta benda maka berinfaqlah dengan harta, jika kita memiliki ilmu
maka berinfaqlah dengan ilmu yang kita memiliki. Dan jika harta dan ilmu tidak
kita miliki maka berinfaqlah atau bersedekahlah dengan senyuman, karena
terfsenyumpun adalah shadaqah.
Dalam hal maaf memafkan
terasa ada yang tidak pas dalam kebiasaan kita, dalam benak kita sering
terbersit bahwa bila kita bersalah kita harus meminta maaf, dan tidak
terpikirkan bahwa bila orang lain bersalah maafkanlah kesalahannya.
Sehingga kata-kata : “Maaf kan aku bila aku bersalah” …. Menjadi sedemikian populer dan merupakan
sesuatu yang harus kita katakan bila kita merasa bersalah kepada
seseorang. Dan kita telah menganggap bahwa kita telah melakukan perbuatan baik
karena sebagai orang yang bersalah kita telah melakukan permohonan maaf
terlebih dahaulu. Lain halnya jika kita berada pada posisi yang terzalimi, kita
berharap orang yang berbuat zalim itu meminta maaf kepada kita, dan sering
tidak terasa keluar ucapan yang menggelikan dari indahnya mulut kita : “Sampai
kapanpun tidak akan pernah aku maafkan kesalahannya, karena begitu seringnya
dia menyakitiku, biar tahu rasa dia karena Allah pun tidak akan memaafkan
kesalahannya sebelum aku memaafkanya”.
Subhanallah
……!!! Benarkah demikian ? apakah orang yang bicara seperti itu tidak merasa
kalau apa yang dibicarakannya telah melebihi apa yang dilakukan Tuhannya ?
tidak tahukan dia Kalau Tuhannya itu maha Pemaaf ? tidak tahukah dia berita
dari Al Qur’an yang menyatakan bahwa esensi maaf memaafkan dalam ajaran Islam
bulanlah menjadi peminta maaf tetapi menjadi pemaaf, jika demikain simaklah
peringatan Allah berikut ini :
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Artinya : “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang
mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh (Al
Araf : 199)
Kalau harus menjadi pemaaf, maka jangan segan-segan untuk
selalu senang memaafkan kesalahan orang-orang yang telah bersalah atau
menzalimi kita, setidaknya ada empat tingkatan manusia yang memaafkan kesalahan
orang lain, yaitu :
- Tinkatan pertama adalah tingkatan yang paling rendah, yaitu bila seseorang memafkan kesalah orang lain dengan catatan tertentu (imblan tertentu). Contoh : “ Saya maafkan kesalahanmu tapi tolong jangan diulang yah !”
- Tingkatan kedua, Dia akan memaafkan kesalahan orang lain lahir bathin jika orang yang bersalah itu meinta maaf. Seperti kata-katanya : “Saya akan maafkan kesalahannya baik lahir maupun bathin asalkan dia (orang yang bersalah) meminta maaf kepada saya”.
- Tingkatan ketiga, Tanpa minta maafpun dia akan memaafkan kesalahan orang yang berlaku zalim kepadanya. Seperti kata-katanya : “udah deh …. Semua kesalahan yang engkau lakukan telah aku maafkan …. Jauh sebelum engkau meminta maaf “
- Tingkat ke empat adalah tingkat paling tinngi, yaitu dia senantiasa dan telah memaafkan orang yang bersalah kepadanya tanpa imbalahan jauh sebelum orang itu meminta maaf bahkan mendo’akannya agar Allah mengampuni dosa-dosanya (dosa orang yang bersalah).
Ada suatu kisah, pada suatu masa, suatu hari setelah
melaksanakan shlat berjamaah di Mesjid Nabi, Rasululullah SAW bersama para
sahabatnya duduk santai di beranda Mesjid. Tiba-tiba Rasulullah saw bersabda,
“hai sahabatku sebentar lagi akan dating kepadamu seorang ahli surga”. Sahabat
bertanya, Siapakah gerangan orang itu ?. Rasul menjawab, saya tidak dapat
menjelaskannya. Sekarang kalian saja. Beberapa saat kemudian datanglah
seseorang berpakaian putih dan banyak debu sisa-sisa perjalanan panjang di
padang pasir. Ia masuk ke dalam Masjid sambil mengucapkan salam, setelah itu ia
melakukan shalat. Stelah shalat ia pamit untuk pulang. Para Sahabat menyelidiki
lelaki itu, apa gerangan yang menyebabkan Rasulullah menyebutnya sebagai ahli
surga. Namun para sahabat tidak melihat sesuatu kelebihan pada orang itu.
Sahabat bertanya Kepada Rasulullah, apa kelebihan orang itu ya… Rasulullah ?,
Rasulullah tidak memberikan jawaban. Kemudian Seorang Sahabat meminta izin
Rasulullah untuk mengikuti orang itu dan Rasul memberikan izin.
Lelaki itu bertanya, mengapa engkau mengikutiku ? Sahabat
menjawab : “Rasulullah menyebutmu sebagai ahli surga; aku dan para sahabat yang
lain penasaran ingin tahu apa kelebihanmu”. Sahabat itu menginap beberap hari
di rumah lelaki ahli surga itu , tetapi sahabat itu tidak menemukan satupun
kelebihan lelaki ahli surga itu. Shalatnya hanya yang wajib, tidak melakukan
shalat sunnah.
Karena merasa telah lama berada di rumah lelaki ahli
surga itu dan tidak mendapatkan sedikitpun jawabannya akhirnya shabat itu
bertanya kepada lelaki ahli surga itu : “Dapatkah anda menjelaskan kepadaku
kelebihan amalanmu sehingga Nabi mengatakan engkau ahli surga”. Si Ahli surga
menjawab : “Aku adalah orang biasa seperti orang awam pada umumnya akan tetapi
sebelum tidur aku selalu memaafkan kesalahan orang lain kepadaku, sengaja atau
tidak sengaja, tanpa memperdulikan apakah orang itu meminta maaf kepadaku atau
tidak, kemudian aku doakan agar mereka yang bersalah kepadaku diampini dosanya
oleh Allah SWT”.
Demikian sepanggal kisah tentang keagungan memaafkan
kesalahan orang lain sehingga pelakunya disebut oleh Rasul sebagai Ahli Surga.
Pemaaf adalah salah satu perilku yang sangat terpuji dalam Islam. Ada teori
yang mengatakan bahwa perdamaian tidak akan tercapai dengan dengan melakukan
pembalasan; perdamaian terwujud dengan memaafkan. Dan memaafkan akan
memperbaiki relasi antara manusia. Pemaaf yang juga merupakan salah satu sifat
Ketuhanan (sifat milik Allah) seyogyanya menjadi sifat muslim dan manusia pada
umumnya.
Apakah diantara kita telah menjadi seorang pemaaf ?
Jika sudah, berada ditingkat berapakah kita ?
Ketiga : Apabila terlanjur berbuat kejahatan, maka segeralah
mengingat Allah dan memohon ampunannya atas segala kehilafan yang diperbuat
karena hanya Allah lah yang akan mengampuni dosa-dosa yang kita perbuat.
Perbuatan dosa sebesar apapun akan diampuni Allah kecuali bila kita
mempersekutukan-Nya, maka waspadalah dengan berbagai tipu daya syaitahan yang
senantiasa menjerumuskan manusia ke dalam kemusyrikan.
Wallahu ‘Alam
*) disampaikan pada acara halal bi halal 1433 H Hari
Senin Tanggal 27 Agustus 2012/ 09 Syawal 1433 H di SMPN 5 Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Siapapun Anda Berikan Komentar Atas Setiap Tulisan Yang Ada, Dan Bagi Peserta Didik SMPN 5 Komentar adalah wajib setiap anda mengunjungi Blog ini