Selasa, 28 Agustus 2012

HALAL BI HALAL 1433 H

Sudah menjadi kebiasaan setiap tahunannya di hari pertama masuk sekolah setelah lebaran idul fitri, di SMPN 5 diadakan acara halal bil halal dalam dua sesi. Sesi Pertama Halal bi halal antara guru-guru dan murid yang dilakukan di lapangan upacara, dan sesi kedua halal bi halal guru dengan guru dan mantan guru juga para sesepuh SMPN 5. Pada halal bi halal sesi pertama semua guru agama tampil sebagai pengisi acara dalam format syarhil qur'an dengan pembaca Al Quran Ustadz Havidz dan Ustadz Mahmudin dan Sari tilawah Ustadzh Fitriyani Ibrahim namun sayang Ustadzh Fitri berhalangan hdir dan sebagai gantinya saritilawah dibacakan oleh ibu siti nurjanah, dan sebagai pensyarhil quran adalah admin blog ini yaitu Farhan Syaddad. Ayat yang dibacakan pada kesempatan ini adalah Q.S. Ali Imran ayat 133 s.d. 135 berikut ini :
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣) الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ(١٣۵)
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (QS. 3:133)
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. 3:134)
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah - Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui. (QS. 3:135)


Pelajaran yang dapat diambil dari ayat2 Allah di atas  diantaranya adalah :
PERTAMA :Senantiasa menyegarkan diri untuk dapat ampunan Allah sehingga kita mendapatkan surganya Allah.
Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa :
           Sesungguhnya di antara perbuatan dosa ada dosa yang tidak bisa terhapus oleh shaum dan Shalat. Ditanyakan pada beliau : ‘Apakah yang dapat menghapuskannya, Ya Rasulullah ?” Jawab Rasul saw: “Bekerja (kesusahan) dalam mencari nafkah penghidupan”(HR. Abu Nu’aim)
Maka agar surga bisa kita raih,  melalui momentum bulan syawal mari Tingkatkan Kinerja kita Sehingga lelahnya kerja yang kita rasakan dapat menghapus dosa yang kita lakukan.
Untuk meningkatkan kualitas kinerja kita setidaknya ada 4 KARTU AS Yang bisa dilakukan, bahkan emapat AS ini bisa mengantar kita pada kesuksesan dunia akhirat  yaitu :
a)      Kerja kerAS, tanamkanlah nilai-nilai Kebaikan Berikan materi ajar kepada anak didik tanpa kenal lelah dan jangan dibatasi dengan ruangan belajar. Dimanapun, dan kapanpun saat anak didik memerlukan penjelasan dari kita, atau apapun yang kita bisa berikan buat mereka lakukanlah. Layani mereka dengan sebaik-baiknya sehingga mereka puas dengan pelayanan kita sbagai Guru/Murid
b)      Kerja cerdAS, seorang Guru harus mampu mensiasati keterbatasan jam mengajar yang hanya beberapa  jam saja. Ciptakan suasana belajar yang kondusif, jadikan setiap kegiatan sebagai sarana pembelajaran. Saat anak belajar harus benar2 dirasakan sedang belajar bahkan saat istirahat, bermain atau saat menjalankan sebuah sanksi di sana ada pembelajaran.
c)      Kerja IkhlAS, dedikasikan pekerjaan itu sebagai ibadah. Apa yang kita lakukan untuk anak didik kita jangan selalu dikaitkan dengan imbalan dari sesama manusia. Jangan sampai terjadi “CUEUT KANU HIDEUNG PONTENG KANU KONENG”. Pelayanan prima hanya diberikan kepada anak didik tertentu sementara kepada anak didik yang lainya tidak memberikan pelayanan yang baik.
d)     Kerja TuntAS, jangan bekerja setengah-setengah. Bekerjalah seoftimal mungkin untuk kepentingan pendidikan, bukan hanya mampu menyelesaikan kegiatan pembelajaran di dalam kelas dengan baik. Tapi semua kegiatan baik yang terkait langsung dengan pembelajaran ataupun tidak bisa diselesaikan dengan baik.
KEDUA : Surga disiapkan Allah untuk dihuni oleh orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang yang menginfaqkan hartanya baik dikala lapang maupun sempit, orang yang memaafkan kesalahan orang lain.
Saat kita berinfaq sebaiknya tidak harus menunggu saat lapang dan berkecukupan, berinfaqlah walaupun kita berada dalam keadaan sempit. Berinfaqlah dengan apapun yang bisa kita infaqkan, jika kita memiliki harta benda maka berinfaqlah dengan harta, jika kita memiliki ilmu maka berinfaqlah dengan ilmu yang kita memiliki. Dan jika harta dan ilmu tidak kita miliki maka berinfaqlah atau bersedekahlah dengan senyuman, karena terfsenyumpun adalah shadaqah.
Dalam hal maaf memafkan terasa ada yang tidak pas dalam kebiasaan kita, dalam benak kita sering terbersit bahwa bila kita bersalah kita harus meminta maaf, dan tidak terpikirkan bahwa bila orang lain bersalah maafkanlah kesalahannya.
Sehingga kata-kata : “Maaf kan aku bila aku bersalah” ….  Menjadi sedemikian populer dan merupakan sesuatu yang harus   kita katakan bila kita merasa bersalah kepada seseorang. Dan kita telah menganggap bahwa kita telah melakukan perbuatan baik karena sebagai orang yang bersalah kita telah melakukan permohonan maaf terlebih dahaulu. Lain halnya jika kita berada pada posisi yang terzalimi, kita berharap orang yang berbuat zalim itu meminta maaf kepada kita, dan sering tidak terasa keluar ucapan yang menggelikan dari indahnya mulut kita : “Sampai kapanpun tidak akan pernah aku maafkan kesalahannya, karena begitu seringnya dia menyakitiku, biar tahu rasa dia karena Allah pun tidak akan memaafkan kesalahannya sebelum aku memaafkanya”.
Subhanallah ……!!! Benarkah demikian ? apakah orang yang bicara seperti itu tidak merasa kalau apa yang dibicarakannya telah melebihi apa yang dilakukan Tuhannya ? tidak tahukan dia Kalau Tuhannya itu maha Pemaaf ? tidak tahukah dia berita dari Al Qur’an yang menyatakan bahwa esensi maaf memaafkan dalam ajaran Islam bulanlah menjadi peminta maaf tetapi menjadi pemaaf, jika demikain simaklah peringatan Allah berikut ini :
 خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
 Artinya : “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh (Al Araf : 199)
Kalau harus menjadi pemaaf, maka jangan segan-segan untuk selalu senang memaafkan kesalahan orang-orang yang telah bersalah atau menzalimi kita, setidaknya ada empat tingkatan manusia yang memaafkan kesalahan orang lain, yaitu :
  1. Tinkatan pertama adalah tingkatan yang paling rendah, yaitu bila seseorang memafkan kesalah orang lain dengan catatan tertentu (imblan tertentu). Contoh : “ Saya maafkan kesalahanmu tapi tolong jangan diulang yah !”
  2. Tingkatan kedua, Dia akan memaafkan kesalahan orang lain lahir bathin jika orang yang bersalah itu meinta maaf. Seperti kata-katanya : “Saya akan maafkan kesalahannya baik lahir maupun bathin asalkan dia (orang yang bersalah) meminta maaf kepada saya”.
  3. Tingkatan ketiga, Tanpa minta maafpun dia akan memaafkan kesalahan orang yang berlaku zalim kepadanya. Seperti kata-katanya : “udah deh …. Semua kesalahan yang engkau lakukan telah aku maafkan …. Jauh sebelum engkau meminta maaf “
  4. Tingkat ke empat adalah tingkat paling tinngi, yaitu dia senantiasa dan telah memaafkan orang yang bersalah kepadanya tanpa imbalahan jauh sebelum orang itu meminta maaf bahkan mendo’akannya agar Allah mengampuni dosa-dosanya (dosa orang yang bersalah).
Ada suatu kisah, pada suatu masa, suatu hari setelah melaksanakan shlat berjamaah di Mesjid Nabi, Rasululullah SAW bersama para sahabatnya duduk santai di beranda Mesjid. Tiba-tiba Rasulullah saw bersabda, “hai sahabatku sebentar lagi akan dating kepadamu seorang ahli surga”. Sahabat bertanya, Siapakah gerangan orang itu ?. Rasul menjawab, saya tidak dapat menjelaskannya. Sekarang kalian saja. Beberapa saat kemudian datanglah seseorang berpakaian putih dan banyak debu sisa-sisa perjalanan panjang di padang pasir. Ia masuk ke dalam Masjid sambil mengucapkan salam, setelah itu ia melakukan shalat. Stelah shalat ia pamit untuk pulang. Para Sahabat menyelidiki lelaki itu, apa gerangan yang menyebabkan Rasulullah menyebutnya sebagai ahli surga. Namun para sahabat tidak melihat sesuatu kelebihan pada orang itu. Sahabat bertanya Kepada Rasulullah, apa kelebihan orang itu ya… Rasulullah ?, Rasulullah tidak memberikan jawaban. Kemudian Seorang Sahabat meminta izin Rasulullah untuk mengikuti orang itu dan Rasul memberikan izin.
Lelaki itu bertanya, mengapa engkau mengikutiku ? Sahabat menjawab : “Rasulullah menyebutmu sebagai ahli surga; aku dan para sahabat yang lain penasaran ingin tahu apa kelebihanmu”. Sahabat itu menginap beberap hari di rumah lelaki ahli surga itu , tetapi sahabat itu tidak menemukan satupun kelebihan lelaki ahli surga itu. Shalatnya hanya yang wajib, tidak melakukan shalat sunnah.
Karena merasa telah lama berada di rumah lelaki ahli surga itu dan tidak mendapatkan sedikitpun jawabannya akhirnya shabat itu bertanya kepada lelaki ahli surga itu : “Dapatkah anda menjelaskan kepadaku kelebihan amalanmu sehingga Nabi mengatakan engkau ahli surga”. Si Ahli surga menjawab : “Aku adalah orang biasa seperti orang awam pada umumnya akan tetapi sebelum tidur aku selalu memaafkan kesalahan orang lain kepadaku, sengaja atau tidak sengaja, tanpa memperdulikan apakah orang itu meminta maaf kepadaku atau tidak, kemudian aku doakan agar mereka yang bersalah kepadaku diampini dosanya oleh Allah SWT”.
Demikian sepanggal kisah tentang keagungan memaafkan kesalahan orang lain sehingga pelakunya disebut oleh Rasul sebagai Ahli Surga. Pemaaf adalah salah satu perilku yang sangat terpuji dalam Islam. Ada teori yang mengatakan bahwa perdamaian tidak akan tercapai dengan dengan melakukan pembalasan; perdamaian terwujud dengan memaafkan. Dan memaafkan akan memperbaiki relasi antara manusia. Pemaaf yang juga merupakan salah satu sifat Ketuhanan (sifat milik Allah) seyogyanya menjadi sifat muslim dan manusia pada umumnya.
Apakah diantara kita telah menjadi seorang pemaaf ?
Jika sudah, berada ditingkat berapakah kita ?
Ketiga : Apabila terlanjur berbuat kejahatan, maka segeralah mengingat Allah dan memohon ampunannya atas segala kehilafan yang diperbuat karena hanya Allah lah yang akan mengampuni dosa-dosa yang kita perbuat. Perbuatan dosa sebesar apapun akan diampuni Allah kecuali bila kita mempersekutukan-Nya, maka waspadalah dengan berbagai tipu daya syaitahan yang senantiasa menjerumuskan manusia ke dalam kemusyrikan.
Wallahu ‘Alam

*) disampaikan pada acara halal bi halal 1433 H Hari Senin Tanggal 27 Agustus 2012/ 09 Syawal 1433 H di SMPN 5 Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Siapapun Anda Berikan Komentar Atas Setiap Tulisan Yang Ada, Dan Bagi Peserta Didik SMPN 5 Komentar adalah wajib setiap anda mengunjungi Blog ini